Petani adalah Pahlawan

kab-sanggau.kpu.go.id I Hari Tani Nasional, yang diperingati setiap tanggal 24 September, bukan sekadar seremoni tahunan. Ini adalah momentum penting untuk mengingatkan kita semua bahwa ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada kerja keras para petani di pelosok negeri. Selain itu, hari ini juga menjadi momentum evaluasi terkait kondisi petani dan sistem pertanian kita saat ini.

Tanggal ini dipilih sebagai Hari Tani Nasonal bertepatan dengan disahkannya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) pada 24 September 1960, yang menjadi tonggak perjuangan reforma agraria di Indonesia. Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) bertujuan menciptakan keadilan agraria, memastikan bahwa tanah Indonesia tidak boleh dikuasai oleh segelintir orang. Tanah harus terdistribusi secara adil dan merata kepada seluruh rakyat Indonesia. Petani tidak boleh lagi hanya menjadi penggarap tanah seperti Marhaen pada tahun 1926-1927. Petani harus memiliki kedaulatan atas hak tanahnya, sebagaimana rakyat memiliki kedaulatan atas bangsa ini.

Saat ini, petani dihadapkan pada berbagai problematika, mulai dari arus modernisasi sistem pertanian, perubahan iklim, hingga kebijakan pemerintah yang sering kali tidak berpihak kepada kaum tani. Pupuk yang mahal bahkan langka, serta hasil panen yang harus bersaing dengan produk impor akibat persekongkolan pengusaha dan pejabat korup. Kondisi ini jika dibiarkan, perlahan namun pasti akan membunuh semangat para petani untuk menanam dan melunturkan minat anak muda untuk menjadi petani. Jika terus dibiarkan, tidak mustahil bangsa yang memiliki tanah luas dan subur ini hanya akan menjadi pasar bagi bangsa lain.

Di tengah keterbatasan dan situasi yang tidak pasti ini, petani tetap bekerja tanpa lelah menyentuh tanah, menanam benih, dan memberi makan seluruh negeri. Kita sering mendengar slogan “Petani adalah tulang punggung bangsa,” tetapi sudahkah kita benar-benar menghargai mereka? Apakah kita memilih produk lokal daripada impor yang murah? Apakah kebijakan pemerintah sudah cukup berpihak pada petani kecil? Sudahkah generasi muda tertarik kembali ke sektor pertanian? Hari Tani bukan hanya perayaan, tetapi juga panggilan untuk perubahan. Keadilan agraria tidak boleh hanya menjadi wacana, dan pertanian harus menjadi sektor yang membanggakan.

Harapan itu masih ada dan terbuka lebar. Tinggal bagaimana negara mengambil sikap untuk terus berpihak kepada petani, membasmi pejabat korup yang bersekongkol dengan pengusaha, dan terus memberikan stimulan kepada anak muda untuk bertani. Sampaikan kepada mereka bahwa petani bukan sekadar profesi, tetapi jalan hidup yang mulia. Kita semua juga punya peran untuk menumbuhkan gairah petani kita, yaitu dengan cara membeli buah-buahan dari petani kita, membeli beras dari hasil petani kita, membeli rempah-rempah hasil petani kita, dan membeli apa pun yang dihasilkan oleh petani kita. Di Hari Tani ini, mari kita berikan lebih dari sekadar ucapan terima kasih. Mari kita berikan kebijakan yang adil, akses yang merata, dan harga yang layak.

Karena tanpa petani, tidak ada nasi di piring kita.

Karena mereka yang menyemai, agar kita semua bisa menuai.

Selamat Hari Tani Nasional 2025

(JUHARI, anggota KPU Kabupaten Sanggau)

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 33 Kali.